Sistem Telepon Selular Digital GSM
Satu tahun terakhir ini, pertelekomunikasian di Indonesia dimarakkan oleh hadirnya telepon genggam atau selular digital GSM (Global System for Mobile communications.)
Sebelum GSM, di Indonesia telah ada 2 jenis telepon selular analog, yaitu AMPS (Advances Mobile Phone System) dan NMT (Nordic Mobile Telephone). Jenis telepon selular digital lainnya yang akan segera dioperasikan di Indonesia adalah DAMPS (Digital AMPS).
Tulisan ini mengupas latar belakang, teknologi dan perkembangan GSM.
STKB selular sistem analog yang beroperasi di Eropa bersifat sangat regional, di
mana masing-masing negara mengoperasikan sistem yang berbeda dan tidak kompatibel satu dengan yang lain. Di Jerman dan Portugal beroperasi sistem C-NET yang dikembangkan oleh Siemens, di Perancis beroperasi sistem RC-2000, di Belandan dan negara Skandinavia beroperasi sistem NMT yang dikembangkan Ericson, sedangkan di Inggris Raya beroperasi sistem TACS.
Masing-masing sistem dikembangkan dengan teknologi yang berbeda, sehingga tidak ada kompatibilitas satu dengan yang lain. Akibatnya setiap sistem hanya dapat dioperasikan di wilayah negara yang tertentu. Kondisi ini sangat tidak menunjang kegiatan mobilitas masyarakat negara Eropa yang sering berada di negara lain, baik untuk tujuan bisnis maupun wisata. Ditambah lagi dengan rencana terbentuknya European Community, kondisi tersebut sama sekali tidak dapat dipertahankan.
Pengembangan masing-masing sistem analog yang beroperasi hanya nasional disebabkan adanya orientasi interest yang berbeda bagi masing-masing pengelola, yakni PTT. Akibatnya, pemasaran terbatas hanya satu negara dan tidak dapat mendapatkan jumlah pelanggan yang cukup besar. Tetap diperlukan dukungan infrastruktur yang lengkap dan mahal, sehingga konsekuensinya adalah timbulnya harga jual yang mahal serta biaya pemakaian yang cukup tinggi. Oleh sebab itu pemakai selular terbatas hanya mereka yang benar-benar mampu dan memerlukan, bukan sebagai sarana telekomunikasi yang mencapai segenap lapisan masyarakat.
Atas dasar pemikiran tersebut dan tanpa menguntungkan salah satu sistem yang telah beroperasi serta untuk menciptakan sistem yang jauh lebih baik dari yang sudah ada, maka Perancis (France Telecom) dan Jerman (Bundespost) sepakat untuk memelopori munculnya teknologi digital selular yang kemudian dikenal dengan nama GSM, dengan didukung oleh industri telekomunikasi di kedua negara tersebut.
Melalui pengkajian yang sangat mendalam, akhirnya ETSI (European Telecommunication Standard Institute) dapat menerima GSM sebagai standar Eropa.
Pada pertengahan tahun 1991, jaringan GSM muncul untuk pertama kalinya, dimana salah satu pelopornya adalah Deutsche Bundespost melalui anak perusahaannya Detecom siap untuk mengoperasikan GSM pada 1 Juli 1991, yang dikenal dengan nama D1 Network.
Diperkirakan dengan munculnya standarisasi GSM, sistem lain yang beroperasi di Eropa perlahan-lahan hilang. Ini berarti hilangnya sebagian besar pasar sistem non GSM. Hal tersebut mempengaruhi minat industri untuk mengembangkan teknologi sistem lama yang ada (CNET, RC 2000, NMT, TACS).
Pengembangan GSM
Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun 1979, ditetapkan bahwa frekwensi 860 Mhz - 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular di kemudian hari. Dengan penetapan ini berarti band frekuensi selebar 2 x 25 Mhz khusus disiapkan untuk sistem selular digital.
Tahun 1982, dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis, maka CEPT (Conference Europeance d'Administration de Post et Telecommunication) menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Dan tahun 1985, Jerman, Perancis, Itali dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM. Tahun 1987 di tanda tangani Memorandum of Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa.
Target pembangunan GSM :
• Tahun 1991 adalah permulaan pengoperasian jaringan GSM
• Tahun 1993 meliputi semua kota besar
• Tahun 1995 mencapai semua jalan raya antar kota.
Di dalam kenyataannya, banyak terjadi hambatan dalam penerapan GSM, sehingga target operasional GSM tidak terpenuhi. Walaupun semua infrastruktur telah siap sejak pertengahan 1991, namun realisasi pengoperasian secara komersil baru dapat dimulai kuartal terakhir 1992.
Situasi ini menunjukkan bahwa GSM merupakan teknologi yang sangat kompleks dan memerlukan pengkajian cukup lama untuk mencapai kesepakatan standar. Disamping itu GSM menjadi ajang perebutan pengaruh dan kompetisi baik dari masing-masing operator di tiap negara, maupun industri telekomunikasi yang memproduksi GSM. Keuntungan bisnis yang besar akan diperoleh pihak yang berhasil memasukkan usulan standarnya. Tidak heran apabila standar type approval untuk hand phone baru dapat disepakati pada September 1992, karena harus mempertimbangkan dan memasukkan puluhan item pengujian dalam memproduksi sistem GSM.
Walaupun standarisasi GSM baru saja terselesaikan dan pengoperasiannya baru saja dimulai, bahkan belum merata ke seluruh Eropa, namun dengan mengantisipasi perkembangan GSM yang sangat pesat serta tingkat kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS 1800, yakni Digital Celular System pada alokasi frekwensi 1.800 MHz. Dengan frekwensi tersebut, akan dicapai kapasitas pelanggan yang semakin besar per satuan sel. Di samping itu, dengan luas sel yang semakin kecil akan dapat menurunkan kekuatan daya pancar hand phone, sehingga bahaya radiasi yang timbul terhadap organ kepala, sebagaimana dikhawatirkan pada akhir-akhir ini, akan dapat dieliminasi.
ISDN : Jaringan Telekomunikasi Digital Pelayanan Terpadu
Perkembangan teknologi telekomunikasi terasa semakin cepat, terutama dengan pesatnya kemajuan teknologi komputer dan informatika.
Saluran telepon, yang awalnya hanya untuk komunikasi suara, sekarang sudah banyak dimanfaatkan juga untuk komunikasi data, teks dan gambar atau grafik. Apalagi dengan munculnya jaringan komputer global yang disebut Internet, perkawinan antara teknologi informasi dan telekomunikasi ini akan menjadikan dunia berada di genggaman Anda.
Bagaimana dengan jaringan telepon untuk itu?
Bayangkan, bila saat ini Anda memegang sebuah Laptop, kemudian dengan perantara telepon selular Anda masuk ke jaringan Internet, maka Anda sudah dapat melanglang buana. Anda berkomunikasi dengan kolega yang berada di lain benua, lewat sura, teks, data, citra dan bahkan video.
Namun, hal itu tidak akan terlaksana dengan baik bila jaringan telepon yang ada masih kurang mendukung terutama kecepatannya atau banyaknya data yang dapat disalurkan per satuan waktu. Untuk itulah, Indonesia dalam waktu dekat akan mengoperasikan Jaringan Digital Pelayanan Terpadu (JDPT) atau lebih dikenal dengan istilah aslinya sebagai Integrated Services Digital Network (ISDN).
Banyak keuntungan yang diperoleh bila komunikasi telepon, faksimil, teks, video, transmisi data, gambar dan jaringan komputer menggunakan layanan ISDN ini. Di antaranya adalah kecepatannya yang dapat mencapau 144 Kbps (Kilobit per second) atau bahkan hingga 2 Mbps (Megabit per second).
ISDN dapat digambarkan sebagai jaringan telekomunikasi melalui perombakan jaringan telepon, yang dapat melayani aplikasi suara maupun non suara seperti data, teks, citra, dan video pada satu jaringan yang sama.
Teknologi jaringan ini diprakarsai oleh H. Shimada pada suatu pertemuan CCITT tahun 1971. Kemudian, aplikasi ISDN segera terwujud setelah CCITT merekomendasikan standar Red Book (1985) dan standar Blue Book (1988) dalam wujud Narrow Band (N-ISDN).
ISDN dikembangkan dari jaringan telepon dengan mengusahakan agar tidak melakukan perubahan secara mendasar pada sentral telepon yang sudah ada. Sebab saat ini pada dasarnya jaringan telepon yang telah tersebar secara luas di dunia sudah menggunakan teknik digital pada bagian transmisi dan switching-nya.
Jika kita ikuti berita selama satu setengah dasawarsa terakhir, Indonesia telah secara gencar meluaskan jaringan dan mengganti seluruh sentral telepon analog ( telepon 0ntel) menjadi sentral telepon digital (Sentral Telepon Digital Indonesia, STDI). Perluasan jaringan memproyeksikan pemasangan sebesar 5 juta satuan sambungan (SST) pada akhir PELITA VI.
Sampai saat ini telah dilaksanakan kerja sama dengan mitra asing untuk pembangunan pertelekomunikasian di Indoensia. Tercatat perusahaan telekomunikasi Jepang, NEC dalam pembangunan STDI II (NEAX-61) dan AT & T (5ESS). Di samping adanya upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan , secara langsung maupun tidak langsung, ini merupakan upaya yang bagus untuk memperlancar evolusi ke arah JDPT.
STDI menjadi JDPT
Pengembangan STDI dengan kemampuan JDPT menganut beberapa pokok pikiran. Seperti, aplikasi tidak boleh mempengaruhi aplikasi non-ISDN yang sudah ada. Perubahan dari sentral non-ISDN menjdai sentral ISDN hanya bersifat tambahan (add-on). Pelanggan ISDN dan non-ISDN harus dapat ditangani dalam jaringan yang sama. Dengan kemajuan teknologi ISDN, jaringan STDI harus dapat menyesuaikan secara ekonomis.
STDI dapat berfungsi sebagai sentral lokal, interlokal, maupun internasional , bahkan dapat dipakai sebagai sentral lokal, interlokal, maupun internasional, bahkan dapat dipakai sebagai sentral mobile maupun dibentuk sebagai kontainer untuk dapat memenuhi permintaan beberapa feature yang menarik, seperti yang ditawarkan Telkom sebagai hotline, pemutaran nomor sandi, pengalihan nomor telepon, pemanggilan langsung, penerimaan ganda, dan fungsi-fungsi otomatisasi lainnya.
Aplikasi STDI ditata dengan struktur hardware berupa sentral yang terdiri atas subsistem-subsistem DLU (Digital Line Unit), LTG (Line Trunk Grup), SN (Switching Network), CCNC (Common Cannel Network Controller), CP (Coordination Processor). (Lihat Gambar A, dimana bagian yang ber-raster dianggap mula-mula belum ada).
Pada Gambar A terlihat bahwa STDI melakukan pengendalian proces secarra terdistribusi. Pensinyalan dan pemanggilan proses (call processing) dilakukan oleh prosedur di LTG. Sedangkan untuk operasi, pemeliharaan, dan database dilakukan oleh CP. Unit LTG dan CP ini bekerja sama dalam pengaturan komunikasi melalui Switching Network (SN).
Sementara itu untuk melaksanakan pensinyalan antar sentral, khususnya lapisan 1, 2 dan 3 dari protokol OSI (Open System Interconnection) dilakukan oleh CCNC. Untuk lapisan 4 (seperi telephone user part, atau ISDN user part) dilakukan oleh LTG.
DLU adalah unit konsentrator yang paling dekat dengan pelanggan. Alat ini menghubungkan sentral dengan pelanggan melalui LTG dibawa oleh sebuah atau dua primary digital carriers. Konversi sinyal analog dilakukan pada sisi ini guna mendukung kompatibilitas dengan pesawat telepon model lama. Modul konvensi yanag dipasang pada unit DLU ini disebut SLMA (Subscriber Line Module Analog).
Konsep ISDN adalah menyediakan jaringan digital antar pelanggan end-to-end (dari ujung ke ujung). Gambar B menjelaskan beda antara jaringan telepon yang sudah digital dengan jaringan ISDN, yang mana keseluruhan proses untuk komunikasi ISDN telah digital.
Sedangkan pada jaringan telepon digital, terdapat bagian analog pada sisi pelanggan. Dengan menambahkan sebuah konverter dari analog ke digital (A/D) dan dari digital ke analog ke digital (D/A) peralatan analog yang dimiliki pelanggan dapat berkomunikasi melalui sentral digital, dengan cara digitalisasi pada bagian pelanggan ini maka STDI berkembang ke arah JDPT.
Untuk mengubah STDI menjadi JDPT masih perlu ditambahkan beberapa modul dan sistem pensinyalan yang mendukung. Untuk pensinyalan antar sentral telepon ditentukan pensinyalan yang disebut Common Cannel Signalling (CCS) System No.7. Dengan digitalisasi dan model pensinyalan yang baru, maka siaplah diimplementasikan konsep ISDN ini.
Posting Komentar
No Rule's ! but please create your own rule with good rules _.